Cari ...

18 November 2016

Menganalisa Wawasan Perspektif Global Perekonomian Indonesia

Radar Mandailing

1. Menganalisa Wawasan Perspektif Global Perekonomian Indonesia





Wawasan perspektif global merupakan suatu cara pandang, cara tinjau dan cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari suatu kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Dengan perspektif yang semakin mengglobal kita dapat memahami dunia dan seisinya, sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa dunia yang begitu kompleks dan luas itu dapat menjadi sempit dan sederhana.

Sehingga kita perlu untuk mengkaji lebih dalam pentingnya berwawasan perspektif global yang erat kaitannya dengan landasan pendukung kesadaran dan wawasan global yang diperlukan, bidang kekuatan globalisasi, peningkatan daya saing dalam globalisasi, pengembangan wawasan global melalui pendidikan, pengantisipasian arus globalisasi, sampai konsep inovasi untuk peningkatan wawasan global.

Ciri Dan Dampak Globalisasi

Perekonomian Indonesia memiliki prospek yang sangat menjanjikan. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar ke-16 di dunia. Perekonomian Indonesia jauh lebih stabil dan terdiversifikasi. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami kemajuan pesat dalam pengelolaan makro ekonomi.

Perspektif global yang telah ditinjau saat ini memiliki ciri-ciri masyarakat terbuka, liberal, pasar bebas, persaingan bebas (kompetisi), demokrasi berkembang. Dalam perekonomian Indonesia, hukum ekonomi the invisible hand) semakin besar peranannya dibanding peranan hukum negara mekanisme pasar semakin berperan dari pada proses administrasi. Sistem ekonomi mengarah ke keterbukaan, ekspansi kapitalisme internasional, “Hilangnya batas-batas” negara untuk aktivitas ekonomi. Transaksi ekonomi tidak lagi dibatasi peraturan pemerintah, contoh pembelian dengan US $ di Indonesia tidak bisa dilarang oleh pemerintah. Munculnya komunitas/assosiasi/organisasi internasional & kerjasama multilateral semacam MEE, OKI, OPEC, mata uang Euro, pembebasan visa, dsb.

Pemerintah cenderung melepas urusan-urusan domestik masyarakatnya itu (debirokratisasi) batas negara & kewenangannya tunduk pada kekuatan teknologi, tatanan ekonomi global, tatanan sosial & politik internasional. Transaksi ekonomi sudah tidak mungkin diatur lagi secara efektif oleh negara. Kebijakan pemerintah cenderung pro-pasar.





Mas’oed (2002) menguraikan persoalan yang muncul berkait dengan globalisasi ini adalah ketidakstabilan dan ketidak-pastian ekonomi-politik (global disorder dan global instability) paling tidak sejak tahun 1980-an.

Terdapat 3 kekuatan yang menyebabkannya, yaitu :

Penciptaan dan pengintegrasian ekonomi global di bawah hegemoni kapitalis. Perubahan teknologi yang amat cepat Konsentrasi kepemilikan uang dan kapital oleh si kaya dan si kuat. Untuk lebih memahami masalah globalisasi, maka kita harus:

1 - Tertarik dan menaruh perhatian terhadap peristiwa-peristiwa dan perubahan pada masyarakat tingkat lokal, nasional, dan masyarakat global.

2 - Aktif mencari informasi yang berkaitan dengan masalah, peristiwa,kegiatan baik di tingkat local, nasional, dan global.

3 - Mau menerima setiap perubahan danpembaharuan sepanjang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa kita.

4 - Peduli dan mau membantu memecahkan masalah.

5 - Secara terus menerus meningkatkan ilmu pengetahuan, baik melalui pendidikan formal atau dengan cara-cara nonformal.

Dalam globalisasi kita menyadari bahwa setiap bangsa adalah saling bersaing, dan berpacu dengan segala perubahan dan kemajuan. Kita akan kalah dalam persaingan kalau tidak siap, dan tidak mengantisipasinya sejak awal. Kesiapan kita dalam bersaing, adalah dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Peningkatan Daya Saing Dalam Globalisasi

1. Peningkatan produksi dan mutu produk. Yang dimaksudkan dengan produk disini tidak hanya dalam pengertian industri, akan tetapi juga dalam pendidikan.

2. Penguasaan Bahasa Inggris sebagai bahasa yang digunakan secara internasional, bukan saja sebagai bahasa percakapan, tetapi juga buku sumber ilmu pengetahuan menggunakan Bahasa Inggris.

3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Sumber : Para Pengamat Ekonomi

15 November 2016

Pahlawan Pendidikan dari Mandailing

Sejarah singkat Willem Iskandar

Radar Mandailing





Nama asli dari Willem Iskander adalah Sati Nasution dengan gelar Sutan Iskandar. Dia masuk ke agama Kristen di kota Arnhem pada tahun1858. Belajar di Oefenschool di kota Amsterdam negeri Belanda. Sibulus bulus Sirumbuk rumbuk adalah salah satu karya sastra anak terbaik Mandailing Natal pada zamannya.
Setelah tamat dari Amsterdam dia berangkat dengan tujuan Batavia atau Jakarta yang sekarang. Willem Iskander atau Sutan Iskandar berangkat dengan menumpang kapal laut bernama Petronella Catrina pada1861. Dia menemui Gubernur Jendral Mr. Ludolf Anne Jan Wilt Baron Sloet van Beele. Kemudian ia menuju kota Padang. William Iskander menghadap pada Van den Bosche disana.

Lalu meneruskan perjalanan ke Natal. Tiba di Mandailing kembali pada tahun 1862. Tak lama sesudahnya tepatnya di desa Tano Bato yang berada pada 526 M di atas permukaan laut, di mulai mendirikan sekolah untuk anak bangsa sebanyak 4 kelas. Ruang kelasnya terbuat dari bambu dan rumbia.

Pada tahun 1873, ia kembali meninggalkan Mandailing Indonesia untuk menuju negeri Belanda. Tahun 1874 berangkat dari Batavia dengan seorang bernama Banas Lubis. Setelah tiba di Belanda, ia menikah dengan Maria Christina pada 1876. Lalu Willem Iskander meninggal pada tahun1876 itu juga. Beliau dimakamkan di Zorgvlied Begraafplaats, Amsterdam. Inilah riwayat perjalanan Willem Iskander di dunia Pendidikan. Dialah salah seorang yang memberantas kebodohan dan buta aksara di Mandailing.

Hingga sekarang namanya tetap harum di Sumatera Utara, khususnya di Mandailing Natal. Banyak sekolah SD, SMP atau SMU yang melukiskan gambar dan juga mencantumkan kutipan kutipan isi karangan Willem Iskander di dinding sekolah. Dan bahkan ada yang menamai sekolahnya dengan nama sekolah Willem Iskander seperti SMEA dan SMK.


Sumber : Berbagai Situs

Patung Sangkalon Salah Satu Bukti Peninggalan Sejarah di Mandailing

Bukti Peninggalan Sejarah di Mandailing

Radar Mandailing


Patung Sangkalon biasa didudukkan di depan rumah raja-raja di Mandailing, lambang keadilan masyarakat Mandailing dahulu dilaksanakan di daerah itu. Patung yang dipanggil “Si pangan anak si pangan boru, ”Artinya, “Si pemakan anak lelaki, si pemakan anak perempuan” ini perumpamaan tentang hukum dan keadilan harus ditegakkan meskipun terpaksa membunuh anak sendiri.

Patung Sangkalon melambangkan suatu sikap atau nilai budaya demi tegaknya keadilan. Sampai anak kandung sendiri harus dibunuh kalau ternyata melakukan kesalahan, tidak pilih kasih. Adanya Patung Sangkalon, bukti adanya kearifan budaya lokal yang hidup pada masyarakat Mandailing. Seharusnya diwariskan secara terus-menerus sampai hari ini, karena merupakan peninggalan nenek moyang Bangsa Indonesia. Hal itu dilakukan para raja-raja yang memimpin kerajaan di Mandailing, kepemimpinan yang jujur, adil dan bijaksana.

Seharusnya juga diwariskan hari ini kepada para pemimpin negeri ini bahwa semua orang sama kedudukannya di mata hukum.

Anak Sendiri Juga Dihukum

Anggapan raja atau kerajaan memerintah sewenang-wenang, kebal hukum ternyata tidak benar. Patung Sangkalon yang lahir dari kearifan budaya lokal itu tumbuh dan berkembang pada kerajaan di Mandailing Natal bahwa hukum itu berlaku bagi semua orang yang ada di kerajaan itu tanpa terkecuali. Hukum dijalankan raja di kerajaan berkeadilan bagi semua orang yang ada di kerajaannya. Artinya, hukum menjadi panglima tertinggi sehingga keadilan yang diinginkan semua orang tercipta. Pada zaman itu hukum memiliki kedudukan sangat penting. Menyatu dengan kepercayaan, moral dan adat-istiadat atau tradisi masyarakat yang turun-temurun. Ada ungkapan Adat Dohot Ugari atau artinya adat dan norma-norma. Ada juga ungkapan Patik dohot Uhum, artinya peraturan dan hukum.

Kedudukan hukum waktu itu sangat tegas dan jelas. Pranata hukum menyatu dalam kehidupan masyarakat, tidak berdiri sendiri melainkan bagian yang tidak terpisahkan dengan unsur kebudayaan Mandailing. Masyarakat Mandailing waktu itu sangat erat hubungannya dengan hukum. Penerapannya sangat jelas sebagaimana tertuang dalam ungkapan muda tartiop opatna, ni paspas naraco holing, ni ungkap buntil ni adat, ni suat dokdok ni hasalaan, ni dabu utang dohot baris. Artinya mengadili seseorang harus didasarkan syarat. Pedoman dasar, syarat yang telah terpenuhi yakni naraco holing atau pertimbangan yang seadil-adilnya. Dengan melihat ketentuan adat-istiadat, mengukur beratnya kesalahan dalam menjatuhkan hukuman.


Sumber : Via Facebook

Sejarah Kerajaan Pannai di Tapanuli Selatan

Sejarah Kerajaan Pannai di Tapanuli Selatan

- Candi Bahal

Radar Mandailing





Kerajaan Pannai atau Pane merupakan kerajaan Buddhis yang pernah berdiri pada abad ke-11 sampai ke-14 di pesisir timur Sumatera Utara. Lokasi kerajaan ini tepatnya di lembah sungai Pannai dan Barumun yang mengalir di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Tapanuli Selatan sekarang. Kerajaan ini kurang dikenal akibat minimnya sumber sejarah dan sedikitnya prasasti yang menyebutkan kerajaan ini.

Menurut para sejarawan sebagian besar prasasti di Candi ini di ambil oleh penjajah Kolonial Belanda dan dibawa ke Negeri Belanda. Sebagai kerajaan kecil, kemungkinan kerajaan Pannai merupakan kerajaan bawahan dari Kerajaan Sriwijaya kemudian Dharmasraya.

Meskipun kurang dikenal,kerajaan Buddha beraliran Tantrayana ini meninggalkan peninggalan belasan candi-candi Buddha yang tersebar di kawasan Percandian Padanglawas, yakni sebanyak 16 bangunan, salah satunya Candi Bahal.

Sumber : Via Facebook